Rabu, 01 Mei 2013

Mahasiswa dan Bencana

Peranan Para Mahasiswa Untuk Turut Membantu Korban Bencana Alam
Belum lama ini pandangan kita telah tertuju pada beberapa bencana yang akhir-akhir ini menimpa di bumi pertiwi, air mata yang mengalir dari wajah-wajah saudara kita yang tertunduk sedih meratapi apa yang sebenarnya telah mereka alami. Beberapa pasang mata di seantero negeri ini pun turut merasakan duka dan sedih yang mendalam, membayangkan segala kepedihan yang dihadapi oleh ribuan orang di daerah yang tengah dilanda bencana. Mereka tak kuasa menolak apa yang telah menjadi takdir dari Sang Maha Pencipta, mereka pasrah sembari berharap hari esok akan kembali lagi meski harus kehilangan beberapa harta benda bahkan anggota keluarganya yang ikut menjadi korban dari kedahsyatan bencana alam yang membuat luluh lantak rumah dan perkampungan mereka. Meskipun begitu, tetap saja hati mereka masih dihantui perasaan khawatir disamping kesedihan yang masih menghujam perasaan mereka mengingat bagaimana bencana itu memporak-porandakan segala sesuatu yang ada disekitarnya.
Tak hanya itu, bencana terjadi dalam waktu yang dekat dan beruntun seolah-olah menggambarkan kalung mutiara yang terlepas dari benangnya membuat hati kita terenyuh sekaligus prihatin terhadap segala cobaan yag harus kita terima ini. Tetapi tidak terlepas dari itu semua, sebenarnya hal ini dapat dijelaskan secara geologis menurut letak wilayah Indonesia yang dilalui oleh dua jalur pegunungan muda dunia yaitu Pegunungan Mediterania di sebelah barat dan Pegunungan Sirkum Pasifik di sebelah timur menyebabkan Indonesia banyak memiliki gunung api yang aktif dan rawan terjadi bencana. Bencana alam yang sering terjadi di wilayah Indonesia antara lain : banjir, kemarau panjang, tsunami, gempa bumi, gunung berapi dan tanah longsor.
Masih teringat di benak kita kejadian yang maha dahsyat yang terjadi di Provinsi Aceh dan sekitarnya, gempa dan tsunami yang menelan banyak korban dan menimbulkan trauma yang cukup mendalam bagi masyarakatnya, belum lagi gempa yang terjadi di daerah DIY sekitarnya yang juga menimbulkan banyak kerusakan dan korban jiwa serta kepanikan warga akan terjadinya tsunami. Selain itu, akhir-akhir ini kita diberikan teguran lagi oleh Sang Khaliq berupa bencana yang menimpa saudara kita yang ada di Wasior Papua seperti dikutip dari vivanews.com tanggal 27 November 2010, “Dwikorita seorang ahli gempa dan lingkungan dari Universitas Gadjah Mada menceritakan sedikit kronologi singkat gempa yang mengakibatkan banjir bandang yang terjadi pada 4 Oktober 2010 dan menewaskan 173 orang dan 118 lainnya masih hilang. Gempa itu disebabkan akibat adanya tumbukan antara lempeng tektonik Samudera Pasifik ke Benua Australia. Belum lagi, di lokasi Wasior dan sekitarnya itu memiliki karakteristik batuan yang sangat rapuh. Sesaat sebelum banjir bandang terjadi, hujan besar dengan intensitas yang sangat ekstrim terjadi di lokasi itu. Ekstrim, karena curah hujannya mencapai 170 milimeter hanya dalam waktu beberapa jam pada hari itu. Normalnya, curah hujan itu hanya mencapai 200 milimeter perbulan, bukan perhari”. Setelah itu ada kejadian gempa 7,2 skala richter yang menyebabkan tsunami di Mentawai tanggal 25 Oktober 2010 dengan korban tewas lebih dari 450 orang serta merusakkan 700 rumah lebih. Tak lama selang satu hari dari kejadian tsunami mentawai tepatnya pada tanggal 26 Oktober 2010 warga di sekitar gunung Merapi meliputi daerah kabupaten Sleman, Boyolali, Klaten, Magelang dan Muntilan harus menuai dampak letusan gunung Merapi yang sering disebut sebagai gunung berapi teraktif di dunia. Puluhan hingga ratusan orang menjadi korban tewas dan ratusan ribu penduduk harus diungsikan akibat dari erupsi Merapi ini. Terakhir, Gunung Bromo di Jawa Timur yang berstatus awas meletus pada pukul 17.40, Jumat 26 November 2010. Asap tebal bercampur abu kehitaman mencapai ketinggian 600 meter.
Banyak kerugian yang diakibatkan oleh bencana alam tersebut di atas antara lain kerusakan rumah dan bangunan, sarana prasarana umum, hewan atau ternak yang mati, tanaman yang mati sehingga mengakibatkan gagal panen sampai dengan kerugian yang diakibatkan oleh lumpuhnya sektor pariwisata dan perdagangan. Kerugian secara materi ini otomatis membawa dampak terhadap perekonomian di daerah masing-masing karena dibutuhkan biaya yang cukup besar untuk dapat menggantikan kerugian sekaligus memperbaiki segala kerusakan yang ditimbulkan akibat bencana tersebut.
Beberapa peristiwa di atas setidaknya telah memberikan pelajaran dan hikmah bagi kita sebagai sesama manusia dan seseorang yang hidup bersama dalam satu negara dan bangsa Indonesia untuk memberikan segala sesuatu yang kita miliki guna meringankan beban saudara-saudara kita. Tak terkecuali kita yang sedang duduk di bangku perkuliahan dengan beberapa macam potensi yang dimiliki dan telah mendapatkan pendidikan, pengetahuan, keterampilan, dan sikap sehingga diharapkan dapat memberikan manfaat lebih dalam mengatasi bencana alam atau sebisa mungkin mencegah terjadinya bencana yang diakibatkan oleh perilaku pengrusakan lingkungan oknum-oknum yang tidak bertanggungjawab. Sebagai seorang mahasiswa hendaknya kita menyadari bahwa peran aktif kita untuk turut serta membantu korban bencana sangat diperlukan, apapun itu bentuknya. Seperti mahasiswa kedokteran yang dapat membantu melakukan pertolongan pertama bagi korban yang terluka, mahasiswa psikologis yang dapat membantu memberikan motivasi dan hiburan bagi korban bencana yang mengalami trauma, mahasiswa teknik yang dapat menyumbangkan ide atau gagasan untuk pembangunan kembali pasca bencana hingga mahasiswa kedokteran hewan yang membantu merawat ternak korban bencana yang terkena dampaknya. Dari hal-hal kecil yang sering terlupakan terutama untuk masalah yang berkaitan dengan keadaan lingkungan, tentu hal ini juga membutuhkan peran serta aktif dari mahasiswa untuk dapat melaksanakan dan mensosialisasikan terhadap masyarakat dalam menjaga dan melestarikan lingkungan yang dapat dimulai dari lingkungan disekitar tempat tinggalnya. Doa dan dukungan dari para mahasiswa juga merupakan bantuan yang tak kalah pentingnya agar bencana di negeri ini dapat disudahi. Lebih jauh lagi, sampai kita memberikan pertolongan atau bantuan untuk korban bencana ini didasarkan sebagai suatu panggilan hati yang benar-benar tulus ingin membantu saudara kita yang sedang tertimpa musibah dan tidaklah mengharapkan imbalan dari apa-apa yang telah kita berikan untuk mereka.
Mahasiswa adalah bagian dari masyarakat dan sudah sewajarnya apabila mereka harus kembali kepada masyarakat untuk mengabdikan dirinya demi kemajuan dan kesejahteraan bangsa dan negara. Seperti yang telah dikatakan oleh para pepatah, sebaik-baiknya seseorang ialah seseorang bermanfaat bagi dirinya sendiri maupun orang lain. Jadi, meski banyak hal bisa kita lakukan untuk membantu mereka yang tertimpa musibah bencana tetapi tanpa adanya perbuatan (action)itu sama saja karena yang mereka butuhkan ialah bukti bukan janji atau ucapan semata.

0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | cheap international calls