Kamis, 02 Mei 2013

Latar belakang terbentuknya organisasi Mahasiswa Tanggap Bencana di unsuri


Latar belakang terbentuknya organisasi Mahasiswa Tanggap Bencana di unsuri


Sebagai mahasiswa (kaum muda) merasa terpanggil dan sadar untuk memberikan kontribusi dan ikut serta dalam penanganan penggulangan bencana alam yang terjadi di Indonesia tentunya  mengacu kepada Undang- Undang Nomor 24 tahun 2007 tentang penanggulangan bencana, Kaum muda Indonesia adalah masa depan bangsa. Karena itu, setiap pemuda Indonesia, baik yang masih berstatus sebagai pelajar, mahasiswa, ataupun yang sudah menyelesaikan pendidikannya adalah aktor-aktor penting yang sangat diandalkan untuk mewujudkan cita-cita pencerahan kehidupan bangsa kita di masa depan Khususnya mahasiswa unsuri.
           
Mahasiswa sebenarnya sangat potensial untuk ikut serta menangani bencana alam di Indonesia. Dengan bekal akademik serta pamor mahasiswa yang terbukti paling peduli terhadap persoalan bangsa, cukuplah sebagai modal bagi institusi ini untuk berpartisipasi aktif menanggulangi bencana- bencana di Indonesia. Apalagi setelah menyadari kondisi geografis Indonesia yang dilalui deretan gunung berapi dan lautan membuat negara ini rentan terhadap bencana alam, maka uluran tangan dari kita akan terus dibutuhkan.
            Belakangan ini berita mengenai bencana alam mendominasi halaman – halaman media massa. Mulai dari angin kencang, tanah longsor, puting beliung hingga banjir bandang di Wasior Papua Barat. Untuk bencana banjir di Wasior sendiri telah memakan puluhan korban, ratusan lukaluka, dan ribuan penduduk yang harus rela kehilangan tempat tinggalnya. Lalu apa yang dapat kita lakukan sebagai mahasiswa dalam menanggapi merebaknya bencana alam yang cenderung sulit diprediksi secara pasti ini?
Seperti layaknya pepatah “Tidak ada kata terlambat, selama kita masih mau berusaha”. Demikian halnya dengan kita. Bencana yang datang silih berganti jangan sampai “membunuh” semangat kita untuk berubah. Marilah kita tata kembali kehidupan kita dengan nyaman dan berdampingan dengan alam. Sistem pembangunan yang selama ini kita anut kurang memperhatikan faktor alam yang ada, sudah saatnya sistem kuno ini kita rubah dengan sistem baru yang lebih berbasis lingkungan. Para arsitek dan insinyur bangunan haruslah memperhatikan dampak pembangunan sebuah gedung terhadap lingkungan di sekitarnya. Tak hanya cantik dilihat dan kokoh namun bangunan tersebut haruslah bersinergi dengan alam. Perundang – undangan yang selama ini mengatur tentang tata laksana konstruksi sebuah bangunan juga harus dirubah. Harus ada aturan yang tegas untuk melarang didirikannya bangunan di lahan lahan daerah resapan air, lereng – lereng gunung serta bukit. Selain itu Ketegasan pemerintah dalam menghukum para pelaku pembalakan liar harus digalakkan karena fungsi hutan sangatlah kompleks untuk menjaga keseimbangan alam kita.
Selain hal tadi, peranan kita sebagai mahasiswa UNSURI adalah segera tanpa “dikomando” dalam melakukan aksi penggalangan dana untuk bencana alam dan ikut menjadi relawan untuk membantu para pengungsi. Beberapa teman saya telah melakukan hal ini. Satu hal yang saya pelajari dari mereka adalah rasa ikhlas dan semangat mereka untuk membantu sesama. “Kepuasan batin untuk membantu sesama itu tidak dapat di ukur dengan limpahan harta dan materi tetapi ini adalah sebuah panggilan dari jiwa!”. para relawan yang selama ini membantu para pengungsi mulai dari evakuasi, menyiapkan barak pengungsian, mendirikan barak pengungsian dan posko kesehatan rela mengorbankan waktu, tenaga bahkan nyawa demi melihat saudara -saudara kita selamat.
            misalakan Pada letusan gunung merapi yang kedua korban semakin bertambah karena tempat yang tadinya di anggap aman 15 km dari puncak merapi ternyata terkena juga. Dalam kejadian ini peran mahasiswa sangatlah membantu, mereka bergerak cepat untuk membantu korban bencana merapi ini dengan melakukan penggalangan dana serta langsung terjun kelapangan untuk menghibur saudara2 kita yang terkena musibah serta membantu tim peng evakuasian. Dibantu dengan masyarakat sekitar mahasiswa membantu menangani permaslahan-permasalahan yang terjadi pada koraban, mereka bergotong royong untuk menghibur mereka dan berusaha memberikan mereka kenyamanan di barak pengungsian setelah pasca bencana dan kuliah sudah mulai aktif mahasiwa tetap dituntut untuk membantu karena kita adalah mahasiswa dan mahasiswa memiliki kewajiban untuk mengabdi kepada masyarakat untuk membantu mereka baik materi, tenaga dan pemikiran bagaiman setelah pasca bencana ini mahasiswa dapat membantu masyarakat menyalurkan keluhan-keluhan mereka terhadap pemerintah yang kadang dan sering kali kurang peka terhadap keadaan yang ada di masyarakat.
Dan dari situlah kami sekelompok mahaisswa universitas sunan giri merasa terpanggil untuk terjun dan membantu saudar-saudara kita yyang terkena musibah bencana alam ,Maka dari itu disini peranan mahasiswa sangatlah penting dimana mahasiswa harus mampu dan ikutserta dalam penanganan penanggulangan bencana.

PROFIL BIMA-GANA UNSURI

PROFIL
Nama Organisasi                    :    Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM).Brigade Mahasiswa Tanggap Bencana Universitas Sunan Giri (BIMA-GANA UNSURI)
Alamat Organisasi                  :    Sekretariat Jln. Brigjen Katamso II Komplek Unsuri Waru Sidoarjo Jawa timur
Tempat Tanggal Lahir             :    Sidoarjo, 5 Mei 2012
Sifat                                       :    Brigade Mahasiswa Tanggap Bencana Universitas Sunan Giri ini adalah organisasi yang bersifat : Kemanusiaan, Kemandirian,Kenetralan,Keikhlasan dan Pengabdian
Azas                                      :    Organisasi ini azaskan kepada Ketuhanan YME serta UUD 1945,
Tujuan                                    :    Tujuan BIMA-GANA adalah terbentuknya mahasiswa yang sadar terhadap kejadian bencana alam yang terjadi di tanah air.serta mewujudkan nilai luhur mahasiswa dalam konteks, pendidikan , penelitian dan pengabdian kepada masyarakat
Usaha                                    :Usaha yang dilakukan Brigade Mahasiswa Tanggap Bencana Universitas Sunan Giri’ meliputi: Menghimpun dan membina mahasiswa dalam satu wadah organisasi, Mempersiapkan mahasiswa yang berguna di tengah-tengah masyarakat, Mengusahakan tercapainya tujuan organisasi dengan menyusun landasan program perjuangan sesuai dengan perkembangan masyarakat (maslahah al-ammah), guna terwujudnya khaira ummah, Mengusahakan jalinan komunikasi dan kerjasama program dengan pihak lain selama tidak merugikan organisasi.
Contac Person                       :    Ahmad Zazuli / Ketua (085649653941 - 081279122511)
                                                  Zaki Ghufron Alfian / Sekretaris (085785800491

LOGO BIMA GANA UNSURI

BIMA-GANA UNSURI.
aku hanya ingin mengabdikan diri ku pada kemanusiaan
aku hanya menjalankan tugas ku sebagai hamba Tuhan
aku mempelajari ilmu lalu aku tebarkan
aku mempunyai gagasan lalu aku tularkan
jika kemudian sejarah mencatat perjuangan ku,
maka biarkan menjadi amal ku.
jika darah ku sendiri yang menjadi tintanya,
maka biarkan menjdi saksi di hadapanya.
"prinsip untuk menjadi relawan"

Rabu, 01 Mei 2013

PERANAN MAHASISWA DALAM MENGHADAPI KEJADIAN-KEJADIAN BENCANA YANG KERAP TERJADI DI INDONESIA


Realitas Indonesia sebagai negeri bencana tidak dapat ditampik lagi. Fakta-fakta bencana yang menimpa hampir di seluruh wilayah Indonesia ini makin menguatkan tesis tersebut. Gempa bumi, longsor, banjir, tsunami, gunung meletus, kebakaran hutan, kekeringan, dan bencana alam lainnya selalu menjadi warna dominan dalam perikehidupan masyarakat Indonesia. Fakta bencana di Indonesia yang hampir selalu memakan korban jiwa dan harta benda yang besar menyuratkan lemahnya ikhtiar. Kelemahan ikhtiar tersebut dapat dikategorikan dalam dua hal. Pertama, rendahnya pengetahuan dan pemahaman masyarakat Indonesia tentang bencana dan cara menghadapinya. Kedua, lemahnya sistem penanggulangan bencana yang disiapkan atau dibuat pemerintah.
Kondisi geografis Indonesia memang rawan bencana. Catatan dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menunjukkan sekurangnya ada 28 wilayah di Indonesia yang dinyatakan rawan gempa dan tsunami. Belum lagi ditambah dengan potensi gunung api yang dimiliki Indonesia.
Selain dikepung tiga lempeng tektonik dunia, Indonesia juga merupakan jalur Cincin Api Pasifik (The Pacific Ring of Fire) yang merupakan jalur rangkaian gunung api aktif di dunia. Cincin Api Pasifik membentang di antara subduksi maupun pemisahan lempeng Pasifik dengan lempeng Indo-Australia, lempeng Eurasia, lempeng Amerika Utara, dan lempeng Nazca yang bertabrakan dengan lempeng Amerika Selatan. Indonesia memiliki gunung berapi dengan jumlah kurang lebih 240 buah dan hampir 70 di antaranya masih aktif. Maka, potensi terjadinya bencana memang sulit dihindari..
Beberapa tahun belakangan ini Indonesia diguncang berbagai bencana alam mulai dari tsunami, banjir, tanah longsor, gempa, gunung meletus, dan masih banyak lagi. Demikian banyak bencana yang datang bertubi-tubi, baik karena faktor alam maupun karena faktor kesalahan manusia. Bencana alam seperti tsunami di Aceh dan Nias dipandang sebagai bencana kemanusiaan yang tergolong sangat luar biasa skalanya dalam sejarah umat manusia. Bencana tsunami itu disusul pula oleh berbagai gempa bumi di berbagai daerah dan meletusnya Gunung Merapi yang juga menimbulkan banyak korban di Yogyakarta dan Jawa Tengah. Segala jenis bencana alam tersebut tentunya juga sangat berpengaruh terhadap kondisi perekonomian rakyat, tidak saja di daerah bencana, tetapi juga secara luas di seluruh Indonesia. Tidak sedikit nyawa dan harta benda terenggut menjadi korban kehebatan alam ini. Bencana seperti ini pun bukan datang pada saat ini saja, melainkan sudah sedari dulu negeri ini akrab ditimpa bencana. Melihat demikian, fondasi kesadaran masyarakat Indonesia untuk peduli korban bencana sudah terbangun dari dulu secara alamiah. Ini diperkuat dengan ciri khas bangsa Indonesia yang kuat dalam hal ikatan kekeluargaan dan persaudaraan. Tak bisa dipungkiri, bencana malah menjadi sarana penguat rasa persatuan dan kepedulian bangsa Indonesia.
Ini menjadi kesempatan besar bagi pemuda Indonesia menjadi garda terdepan aksi tanggap bencana di Indonesia. Apa yang dikatakan Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) Andi Mallarangeng dalam peringatan Hari Sumpah Pemuda 2010 pun patut menjadi refleksi utama. Bahwa semangat Sumpah Pemuda kian relevan untuk terus dikembangkan para pemuda di tengah situasi bencana yang melanda Indonesia saat ini. “Satu bangsa, satu tanah air, satu bahasa harus semakin dipahami pemuda Indonesia agar apa yang dirasakan saudara yang satu, saudara yang lain merasakan keprihatinan yang sama.”
Tak terkecuali dengan kepedulian pemuda Indonesia. Pemuda mengambil peran sangat penting ketika terjadinya bencana. Ini bisa dilihat dari peristiwa meletusnya Gunung Merapi, pemuda adalah garda terdepan dalam upaya penyelamatan masyarakat. Para pemuda berjuang tanpa pamrih mengevakuasi masyarakat, terutama jompo, anak-anak serta ibu-ibu di wilayah bencana Merapi. Apa yang dilakukannya ini, tak jarang pemuda harus mempertaruhkan nyawanya demi menyelamatkan orang lain. Peran pemuda terutama mahasiswa dalam menangani bencana sangat banyak bila dijabarkan satu persatu. Dalam menangani dan mengatasi bencana para mahasiswa langsung tergerak melakukan aksi penggalangan dana dengan berbagai cara, ada yang dengan cara mengamen, ada yang dengan cara mendatangi setiap kelas di kampus untuk meminta penyaluran dana dari rekan-rekan sesama mahasiswa, di perempatan jalan, di tempat umum atau di objek wisata, bahkan ada mahasiswa yang berdemo mengkritik pemerintah di jalanan sambil menggalang dana untuk korban bencana.
Lebih nyata lagi, banyak ditemui juga mahasiswa yang menjadi sukarelawan-sukarelawan penanggulangan bencana Merapi. Mereka bergabung dengan sukarelawan-sukarelawan lain dari PMI, Bulan Sabit Merah, pemerintah, TNI, polisi serta lembaga-lembaga bantuan lain. Tidak jarang, organisasi mahasiswa pun ikut membuka posko-posko sendiri untuk kepentingan penyaluran bantuan serta perawatan pada korban bencana. Hal itu dapat dijadikan sebuah contoh bahwa para pemuda Indonesia ternyata cepat tanggap menangani bencana yang terjadi di Indonesia. Ini juga dapat menepis anggapan yang menyatakan bahwa para pemuda Indonesia yang dianggap hanya bisa membuat rusuh, onar, dan hal-hal yang berbau anarkhis. Karna pada kenyataan nya dalam keadaan Indonesia berduka para pemuda mampu membuktikan kalau mereka mampu ikut serta berpartisipasi dalam menangani bencana itu dengan melakukan banyak hal yang bermanfaat dan melakukan misi-misi kemanusiaan, bahkan kalau dilihat dari pemberitaan yang ada sekarang peran pemuda dalam menangani bencana ternyata cukup banyak bahkan ada yang dengan sukarela ikut berangkat ke tempat terjadinya bencana hanya untuk membantu saudara-saudara kita yang sedang berduka. Hal itu dilakukan dengan cuma-cuma tanpa mengharapkan imbalan, mereka tergerak atas dasar rasa kemanusiaan. Dari sini kita tidak bisa hanya melihat para pemuda dari sebelah mata karena pada kenyataannya banyak hal positif yang dilakukan oleh para pemuda di zaman sekarang. Hal ini juga menandakan bahwa para pemuda masih mempunyai rasa kemanusian dan persaudaraan bagi saudara-saudara kita yang terkena musibah. Bukan hanya anarkhisme yang bisa mereka lakukan tapi juga hal positif yang bisa dilakukan demi saudara-saudara kita yang sedang tertimpa bencana. Sehingga tampak jelas bahwa para pemuda juga mempunyai peranan cukup penting dalam menangani bencana yang terjadi di sekitar kita saat ini.
http://anakdjogja7.blogspot.com/2010/11/peran-pemuda-dalam-mengatasi-dan.html.
http://www.knowledge-leader.net/?p=1006
http://nofieiman.com/2008/01/mengapa-begitu-banyak-bencana-alam-terjadi-di-indonesia/.
http://www.okezone.com

PERAN MAHASISWA DALAM MENGHADAPI BENCANA


Indonesia. Siapa yang tidak mengenal negeri berjuluk Jamrud Khatulistiwa ini? Sebuah julukan yang menggambarkan betapa indahnya negeri ini. Tapi itu dulu, dulu sekali. Entahlah…masihkah julukan itu berlaku dengan kondisi Indonesia yang seperti ini? Bencana Alam terjadi di mana-mana. Gunung meletus, banjir, tsunami, angin puting beliung, adalah sederet kecil bencana alam yang pernah “mampir” di Indonesia. Siapa yang salah? Tidak ada, karena semuanya merupakan bencana yang memang tidak dapat diprediksi. Hal ini juga tidak terlepas dari kondisi geografis Indonesia. Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Indonesia mencatat sekurang-kurangnya ada 28 wilayah di Indonesia yang rawan gempa dan tsunami. Selain dikepung tiga lempeng tektonik dunia, Indonesia juga dilalui jalur Cincin Api Pasifik (The Pacific Ring of Fire) yang merupakan jalur rangkaian gunung api aktif di dunia dan membentang di antara subduksi dan pemisahan lempeng Pasifik dengan lempeng Indo-Australia, lempeng Eurasia, lempeng Amerika Utara yang bertabrakan dengan lempeng Amerika Selatan. Belum lagi ditambah dengan potensi gunung api yang dimilikinya. Indonesia memiliki gunung berapi berjumlah kurang lebih 240 buah dan hampir 70 di antaranya merupakan gunung api yang masih aktif.
Menurut Mohtar Mas’oud, mahasiswa merupakan makhluk istimewa. Mereka ada pada lapisan umur yang memungkinkan menjadi energik dan cocok untuk menjadi pelopor perbaikan keadaan. Secara definitif, mahasiswa berasal dari dua suku kata yaitu kata maha dan siswa. Kata maha mempunyai arti paling tinggi, sedangkan kata siswa memiliki makna seorang yang terpelajar baik secara individu maupun kelompok. Jadi, mahasiswa adalah seorang terpelajar yang mempunyai kedudukan tertinggi diantara pelajar-pelajar lainnya dalam tingkatan akademik. Dengan adanya predikat tersebut, diharapkan nantinya mampu mengubah keadaan menjadi lebih baik dan mampu mengisi lapisan pemimpin. Secara fungsi mahasiswa mempunyai dua peran penting dalam kehidupan bermasyarakat. Pertama, sebagai manager dan kedua sebagai pencetus gagasan. Peran yang pertama lebih menekankan pada orientasi tindakan, yaitu lebih menekankan bagaimana menyelesaikan suatu masalah secara tuntas, sehingga peran ini lebih memerlukan bekal keilmuan yang menunjang penyelesaian masalah dalam suatu bidang ilmu. Sedangkan peran kedua lebih berorientasi pada pemikiran, yaitu lebih pada kegiatan “asah otak” untuk melahirkan kemungkinan pemikiran alternatif sehingga peran ini lebih memerlukan bekal keilmuan.
Peran tersebut memerlukan satu syarat utama, yaitu belajar bermasyarakat. Belajar menyelesaikan masalah-masalah kemasyarakatan secara bersama pada dasarnya adalah belajar berpolitik. Dengan demikian, tujuan mahasiswa adalah memahami fenomena yang terjadi dalam suatu tatanan masyarakat baik dari segi politik, ekonomi, sosial, dan lain sebagainya.
Lantas apa yang bisa dilakukan mahasiswa untuk menanggapi merebaknya bencana alam yang cenderung sulit diprediksi secara pasti akhir-akhir ini? Sejauh ini kalangan mahasiswa khususnya dan dunia kampus pada umumnya terlihat lamban merespon jika dibanding menanggapi isu-isu lain seperti isu skandal politik, korupsi pejabat negara, dan lain sebagainya yang langsung ditanggapi secara serius. Sementara untuk isu bencana seakan-akan bukan isu yang penting untuk ditanggapi.
Mahasiswa jangan sampai mewakili sikap pemerintah yang terlihat begitu lamban dalam menanggulangi korban bencana. Kampus yang merupakan lingkungan sehari-hari mahasiswa sebenarnya merupakan sarana yang sangat potensial untuk ikut menanggulangi bencana alam yang akhir-akhir ini banyak terjadi. Dengan bekal akademik yang diberikan di bangku perkuliahan serta pamor mahasiswa yang biasanya peduli terhadap persoalan bangsa sepertinya merupakan modal yang cukup untuk ikut serta. Terlebih lagi jika menilik dari kondisi geografis Indonesia yang dilalui deretan gunung berapi dan lautan sehingga mengakibatkan Indonesia rentan terhadap bencana alam, maka kontribusi dari pihak kampus akan sangat dibutuhkan.
Peran mahasiswa dalam menanggulangi bencana alam sejauh ini masih kurang. Lihat saja bagaimana mahasiswa-mahasiswa yang ikut aktif menjadi relawan untuk mencari korban Tsunami di Aceh enam tahun yang lalu. Lihat juga bagaimana para mahasiswa dengan cepat ikut merekonstruksi ketika terjadi bencana gempa bumi di Yogyakarta. Dan mengkin yang belum hilang dari ingatan kita adalah ketika mereka ikut mengevakusi korban bencana meletusnya Gunung Merapi di Yogyakarta beberapa waktu yang lalu. Sebenarnya peran untuk ikut andil dalam menanggulangi bencana alam bisa lebih besar lagi. Jika dilihat, apa yang sudah dilakukan kampus di atas sebenarnya hanyalah penanganan pascabencana. Peran yang saat ini belum dimaksimalkan adalah penanganan prabencana.
Padahal jika dirunut ke belakang, antisipasi prabencana ini juga tidak kalah penting untuk meminimalisasi risiko buruk yang diakibatkan oleh bencana. Bencana memang bisa terjadi kapan dan di mana saja. Untuk itulah, diperlukan suatu upaya membangun masyarakat yang sadar akan bencana alam. Upaya ini akan sangat penting jika dilakukan oleh mahasiswa dengan memainkan perannya dalam hidup bermasyarakat.
Di sinilah mahasiswa harus memainkan perannya dalam bermasyarakat dengan berada di garda terdepan terkait penanggulangan bencana alam di Indonesia. Jika saat ini peran tersebut masih sangat terbatas pada tindakan pascabencana, sepertinya sudah saatnya mulai dilakukan upaya prabencana. Dalam hal ini kampus dapat ikut memfasilitasi kegiatan sosialisasi tentang perlunya sikap siaga bencana bagi masyarakat luas. Kegiatan ini bisa diintegrasikan dalam program Kuliah Kerja Nyata (KKN).
Dalam KKN itulah, para mahasiswa yang turun ke lapangan perlu memberikan pengertian kepada masyarakat tentang pengetahuan dan keterampilan menghadapi bencana. Disamping program pemberdayaan masyarakat lain, kegiatan siaga bencana juga perlu dijadikan program utama. Tujuannya, yaitu agar tercipta masyarakat yang siaga bencana. Sehingga harapannya, dampak buruk berupa jatuhnya korban jiwa atas bencana sudah bisa diantisipasi sedini mungkin.
Selain itu pihak kampus juga bisa bekerja sama dengan institusi lain seperti LSM, Palang Merah Indonesia (PMI), atau institusi lain yang memiliki kepedulian terhadap penanganan bencana. Jika peran penanganan prabencana ataupun pascabencana dapat dilakukan secara berkesinambungan oleh kampus, untuk mewujudkan masyarakat Indonesia yang siaga bencana akan segera tercapai. Dengan demikian dampak buruk atas bencana bisa ditekan semaksimal mungkin. Namun, perlu dimengerti bahwa upaya prabencana bukan untuk menolak bencana, melainkan sebagai cara untuk penyelamatan dini terhadap bencana. Selain itu, tanggap bencana bukan hanya menyelamatkan yang tersisa dan mengevakuasi jenazah yang meninggal ketika bencana terjadi. Tetapi tanggap bencana ialah memaksimalkan seluruh kemampuan untuk mengantisipasi dan meminimalkan dampak bencana. Dan peran ini tentu saja bisa dimaksimalkan oleh mahasiswa yang notabenenya merupakan garda terdepan suatu perubahan.
Referensi :
Mohtar Mas’oed. Negara, Kapital Dan Demokrasi. Pustaka Pelajar. Yogyakarta. 2003
http://tempointeraktif.com diakses pada tanggal 2 November 2010 pukul 10.12 WIB
http://www.republika.co.id diakses pada tanggal 2 November 2010 pukul 10.40 WIB
http://nasional.kompas.com diakses pada tanggal 2 November 2010 pukul 10.46
WIB

PERAN MAHASISWA DALAM MENGHADAPI KEJADIAN-KEJADIAN BENCANA

BANJIR YANG KERAP TERJADI DI NEGARA INDONESIA.
Bencana merupakan peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor nonalam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis. Jenis bencana yang terjadi karena faktor alam dapat digolongakan menjadi bencana yang berupa gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan, dan tanah longsor.
Seperti bencana yang akhir-akhir ini sering terjadi di Indonesia, yang telah merenggut banyak korban jiwa dan menimbulkan kerugian yang besar. Bencana yang terjadi sekarang ini selain karena usia bumi yang sudah tua, bencana juga merupakan akibat dari ulah manusia yang tidak peduli dengan lingkungan sekitarnya. Manusia berlaku seenaknya dan memaksimalkan pemanfaatan sumber daya yang ada tanpa melaksanakan reboisasi dan pemeliharaan. Sebenarnya apabila manusia mau peduli terhadap lingkungan sekitar khususnya lingkungan alam, maka bencana yang akhir-akhir ini sering terjadi dapat diminimalisir. Sehingga tidak banyak menelan korban dan kerugian yang harus ditanggung oleh bangsa ini.
Misalnya, bencana alam yang berupa banjir di Wasior. Wahana Lingkungan Hidup Indonesia menilai banjir bandang di Wasior, Kabupaten Teluk Wondama, karena penebangan liar di suaka alam Gunung Wondiboi. Tidak adanya resapan air menyebabkan Sungai Angris dan Kiot meluap. Manager Desk Bencana Walhi, Irhash Ahmady, mengatakan, penebangan hutan di Papua dilakukan secara legal dan ilegal. Penebangan legal dilakukan oleh perusahaan yang mendapatkan izin konsesi namun disalahgunakan untuk menebang kayu di luar wilayah. ”Faktor penyebab terbesar (banjir Wasior) kerusakan hutan. Karena penebangan kayu yang merusak,” kata Irhash Ahmady di kantor Walhi, Senin (11/10). Menurut Irhash, meningkatnya curah hujan tidak dapat dijadikan penyebab tunggal terjadinya banjir. Penyebab utama adalah kerusakan hutan yang menyebabkan hilangnya resapan air. Berdasarkan data Walhi, sejak 1990-an terdapat 2 perusahan kayu besar, PT Dharma Mukti Persada dan PT Mutiara Timur, yang beroperasi di Papua Barat. Setelah tahun 2002, Pemerintah Provinsi Papua Barat mengeluarkan 20 izin pengelolaan hutan dan 16 konsesi kuasa pertambangan. ”Kami menyimpulakan penyebab utama banjir karena meningkatnya kerentanan di wilayah hulu,” ujar Irhash. Menurut Irhash, tidak terdapat HPH di suaka alam Gunung Woniboi. Diduga perusahaan kayu mengambil alih izin pemanfaatan hutan milik masyarakat adat melalui Koperasi Peran Serta Masyarakat (Kopermas). ”Dari 20 Kopermas yang terdaftar yang masih aktif hanya dua. Sisanya tidak berjalan sama sekali. Kami menduga, yang tidak berjalan ini dimafaatkan oleh perusahaan HPH untuk mengalihfungsikan suaka alam.”
Sebenarnya, banjir dapat dicegah apabila seseorang mau peduli dengan kelestarian lingkungan sekitarnya yaitu dengan tetap menjaga kelestarian hutan atau melaksanakan penanaman kembali bibit-bibit pohon yang ditebangi sesuai dengan struktur tanah yang ada. Sehingga, meskipun pohon-pohon tersebut dimanfaatkan secara maksimal dan terus menerus, kemungkinan untuk terjadi banjir dan tanah longsor sangat kecil dan jarang terjadi.
Sebagai generasi muda yang mempunyai semangat yang besar, kreatif dan inovatif, hendaknya kita dapat melakukan banyak hal untuk bangsa ini, khususnya dalam penanggulangan bencana. Dimulai dari langkah yang kecil, yaitu kesadaran dari setiap orang untuk membuang sampah pada tempatnya dan mau memelihara tumbuh-tumbuhan yang dapat menyerap banyak air. Sehingga ketika hujan turun, maka air hujan yang ada dapat diserap dan disimpan oleh tumbuh-tumbuhan yang pastinya didukung dengan membuangan sampah pada tempatnya. Apabila dua hal tersebut dilakukan secara beriringan, maka untuk terjadi banjir kemungkinan sangat kecil, malah justru akan tercipta suasana yang sejuk dan tidak terjadi kekeringan karena persediaan air selalu ada.
Dengan mengingat bencana yang kerap terjadi akhir-akhir ini, kita sebagai warga negara yang baik, maka kita mempunyai tanggung jawab yang besar untuk menjaga kelangsungan hidup dan kelestarian alam. Karena dari alam inilah kita bisa hidup, tanpa adanya alam mungkin kita tidak dapat hidup sampai detik ini. Maka, sudah sepantasnya kita dapat melakukan hal kecil yang dapat membesarkan dan memperpanjang usia bumi pertiwi ini. Selain peduli terhadap lingkungan, hendaknya kita juga peduli terhadap sesama meskipun itu hanya dalam bentuk kalimat pengingat saja. Dan sudah sepantasnya kita mau membantu saudara-saudara kita yang menjadi korbana bencana yang sering terjadi akhir-akhir ini, baik dalam bentuk material maupun dalam bentuk dukungan spiritual. Selain itu, sebagai manusia yang mendapat kesempatan untuk belajar lebih, kita dapat memaksimalkan kemampuan kita untuk melaksanakan penelitian dan menciptakan penemuan-penemuan baru yang dapat bermanfaat bagi kelangsungan dan kelestarian bumi ini. Serta, kita dapat memberikan informasi tentang lingkungan alam, baik tentang cara pemeliharaan alam yang baik dan benar yang sesuai dengan kondisi yang ada di lingkungan masyarakat, memberikan informasi tentang dampak dan bahaya yang mungkin terjadi apabila tidak dilakukannya pemeliharaan kelestarian lingkungan. Sehingga, dengan adanya penyampaian informasi tersebut, diharapkan masyarakat mampu memahami dan melaksanakan upaya-upaya dalam pemeliharaan dan peningkatan kualitas lingkungan alam sekitar yang mempunyai peran penting dalam kelangsungan kehidupan ini. Karena dengan saling mengingatkan dan bertukar informasi dengan orang lain, maka akan semakin banyak ilmu yang dapat diperoleh yang nantinya berguna untuk kepentingan seluruh manusia didunia ini, khususnya masyarakat yang ada di Indonesia.
Sesungguhnya roda kehidupan selalu berputar, namun terkadang kita tidak menyadari bahwa apa yang sedang menimpa diri kita pernah juga menimpa oleh orang lain. Dan tidak menutup kemungkinan apa yang sedang menimpa orang lain, suatu saat nanti akan menimpa diri kita. Maka dengan mengingat hal demikian, kita patut bersyukur atas nikmat yang telah dilimpahakan oleh Tuhan Yang Maha Esa kepada kita. Karena dengan bersyukur kita dapat mengontrol diri kita dan kita merasa cukup atas nikmat yang kita terima.
Referensi :
- VHRmedia.com, Jakarta
- Inilah.com, Jakarta
- Ilmu Pengetahuan Alam SMP kelas 2,
- Liputan6.com, Wasior
- Blog Seta Wiriawan, Pengertian Bencana
- blog Munawar AM, Pengertian dan Istilah-Istilah Bencana Alam

Mahasiswa dan Bencana

Peranan Para Mahasiswa Untuk Turut Membantu Korban Bencana Alam
Belum lama ini pandangan kita telah tertuju pada beberapa bencana yang akhir-akhir ini menimpa di bumi pertiwi, air mata yang mengalir dari wajah-wajah saudara kita yang tertunduk sedih meratapi apa yang sebenarnya telah mereka alami. Beberapa pasang mata di seantero negeri ini pun turut merasakan duka dan sedih yang mendalam, membayangkan segala kepedihan yang dihadapi oleh ribuan orang di daerah yang tengah dilanda bencana. Mereka tak kuasa menolak apa yang telah menjadi takdir dari Sang Maha Pencipta, mereka pasrah sembari berharap hari esok akan kembali lagi meski harus kehilangan beberapa harta benda bahkan anggota keluarganya yang ikut menjadi korban dari kedahsyatan bencana alam yang membuat luluh lantak rumah dan perkampungan mereka. Meskipun begitu, tetap saja hati mereka masih dihantui perasaan khawatir disamping kesedihan yang masih menghujam perasaan mereka mengingat bagaimana bencana itu memporak-porandakan segala sesuatu yang ada disekitarnya.
Tak hanya itu, bencana terjadi dalam waktu yang dekat dan beruntun seolah-olah menggambarkan kalung mutiara yang terlepas dari benangnya membuat hati kita terenyuh sekaligus prihatin terhadap segala cobaan yag harus kita terima ini. Tetapi tidak terlepas dari itu semua, sebenarnya hal ini dapat dijelaskan secara geologis menurut letak wilayah Indonesia yang dilalui oleh dua jalur pegunungan muda dunia yaitu Pegunungan Mediterania di sebelah barat dan Pegunungan Sirkum Pasifik di sebelah timur menyebabkan Indonesia banyak memiliki gunung api yang aktif dan rawan terjadi bencana. Bencana alam yang sering terjadi di wilayah Indonesia antara lain : banjir, kemarau panjang, tsunami, gempa bumi, gunung berapi dan tanah longsor.
Masih teringat di benak kita kejadian yang maha dahsyat yang terjadi di Provinsi Aceh dan sekitarnya, gempa dan tsunami yang menelan banyak korban dan menimbulkan trauma yang cukup mendalam bagi masyarakatnya, belum lagi gempa yang terjadi di daerah DIY sekitarnya yang juga menimbulkan banyak kerusakan dan korban jiwa serta kepanikan warga akan terjadinya tsunami. Selain itu, akhir-akhir ini kita diberikan teguran lagi oleh Sang Khaliq berupa bencana yang menimpa saudara kita yang ada di Wasior Papua seperti dikutip dari vivanews.com tanggal 27 November 2010, “Dwikorita seorang ahli gempa dan lingkungan dari Universitas Gadjah Mada menceritakan sedikit kronologi singkat gempa yang mengakibatkan banjir bandang yang terjadi pada 4 Oktober 2010 dan menewaskan 173 orang dan 118 lainnya masih hilang. Gempa itu disebabkan akibat adanya tumbukan antara lempeng tektonik Samudera Pasifik ke Benua Australia. Belum lagi, di lokasi Wasior dan sekitarnya itu memiliki karakteristik batuan yang sangat rapuh. Sesaat sebelum banjir bandang terjadi, hujan besar dengan intensitas yang sangat ekstrim terjadi di lokasi itu. Ekstrim, karena curah hujannya mencapai 170 milimeter hanya dalam waktu beberapa jam pada hari itu. Normalnya, curah hujan itu hanya mencapai 200 milimeter perbulan, bukan perhari”. Setelah itu ada kejadian gempa 7,2 skala richter yang menyebabkan tsunami di Mentawai tanggal 25 Oktober 2010 dengan korban tewas lebih dari 450 orang serta merusakkan 700 rumah lebih. Tak lama selang satu hari dari kejadian tsunami mentawai tepatnya pada tanggal 26 Oktober 2010 warga di sekitar gunung Merapi meliputi daerah kabupaten Sleman, Boyolali, Klaten, Magelang dan Muntilan harus menuai dampak letusan gunung Merapi yang sering disebut sebagai gunung berapi teraktif di dunia. Puluhan hingga ratusan orang menjadi korban tewas dan ratusan ribu penduduk harus diungsikan akibat dari erupsi Merapi ini. Terakhir, Gunung Bromo di Jawa Timur yang berstatus awas meletus pada pukul 17.40, Jumat 26 November 2010. Asap tebal bercampur abu kehitaman mencapai ketinggian 600 meter.
Banyak kerugian yang diakibatkan oleh bencana alam tersebut di atas antara lain kerusakan rumah dan bangunan, sarana prasarana umum, hewan atau ternak yang mati, tanaman yang mati sehingga mengakibatkan gagal panen sampai dengan kerugian yang diakibatkan oleh lumpuhnya sektor pariwisata dan perdagangan. Kerugian secara materi ini otomatis membawa dampak terhadap perekonomian di daerah masing-masing karena dibutuhkan biaya yang cukup besar untuk dapat menggantikan kerugian sekaligus memperbaiki segala kerusakan yang ditimbulkan akibat bencana tersebut.
Beberapa peristiwa di atas setidaknya telah memberikan pelajaran dan hikmah bagi kita sebagai sesama manusia dan seseorang yang hidup bersama dalam satu negara dan bangsa Indonesia untuk memberikan segala sesuatu yang kita miliki guna meringankan beban saudara-saudara kita. Tak terkecuali kita yang sedang duduk di bangku perkuliahan dengan beberapa macam potensi yang dimiliki dan telah mendapatkan pendidikan, pengetahuan, keterampilan, dan sikap sehingga diharapkan dapat memberikan manfaat lebih dalam mengatasi bencana alam atau sebisa mungkin mencegah terjadinya bencana yang diakibatkan oleh perilaku pengrusakan lingkungan oknum-oknum yang tidak bertanggungjawab. Sebagai seorang mahasiswa hendaknya kita menyadari bahwa peran aktif kita untuk turut serta membantu korban bencana sangat diperlukan, apapun itu bentuknya. Seperti mahasiswa kedokteran yang dapat membantu melakukan pertolongan pertama bagi korban yang terluka, mahasiswa psikologis yang dapat membantu memberikan motivasi dan hiburan bagi korban bencana yang mengalami trauma, mahasiswa teknik yang dapat menyumbangkan ide atau gagasan untuk pembangunan kembali pasca bencana hingga mahasiswa kedokteran hewan yang membantu merawat ternak korban bencana yang terkena dampaknya. Dari hal-hal kecil yang sering terlupakan terutama untuk masalah yang berkaitan dengan keadaan lingkungan, tentu hal ini juga membutuhkan peran serta aktif dari mahasiswa untuk dapat melaksanakan dan mensosialisasikan terhadap masyarakat dalam menjaga dan melestarikan lingkungan yang dapat dimulai dari lingkungan disekitar tempat tinggalnya. Doa dan dukungan dari para mahasiswa juga merupakan bantuan yang tak kalah pentingnya agar bencana di negeri ini dapat disudahi. Lebih jauh lagi, sampai kita memberikan pertolongan atau bantuan untuk korban bencana ini didasarkan sebagai suatu panggilan hati yang benar-benar tulus ingin membantu saudara kita yang sedang tertimpa musibah dan tidaklah mengharapkan imbalan dari apa-apa yang telah kita berikan untuk mereka.
Mahasiswa adalah bagian dari masyarakat dan sudah sewajarnya apabila mereka harus kembali kepada masyarakat untuk mengabdikan dirinya demi kemajuan dan kesejahteraan bangsa dan negara. Seperti yang telah dikatakan oleh para pepatah, sebaik-baiknya seseorang ialah seseorang bermanfaat bagi dirinya sendiri maupun orang lain. Jadi, meski banyak hal bisa kita lakukan untuk membantu mereka yang tertimpa musibah bencana tetapi tanpa adanya perbuatan (action)itu sama saja karena yang mereka butuhkan ialah bukti bukan janji atau ucapan semata.

peran mahasiswa dalam penanggulangan bencana alam

Peranan mahasiswa dalam menghadapi kejadian-kejadian bencana tsunami, banjir, gunung meletus, gempa atau sejenisnya yang kerap terjadi di negara Indonesia
Kaum muda Indonesia adalah masa depan bangsa. Karena itu, setiap pemuda Indonesia, baik yang masih berstatus sebagai pelajar, mahasiswa, ataupun yang sudah menyelesaikan pendidikannya adalah aktor-aktor penting yang sangat diandalkan untuk mewujudkan cita-cita pencerahan kehidupan bangsa kita di masa depan.
Mahasiswa sebenarnya sangat potensial untuk ikut serta menangani
bencana alam di Indonesia. Dengan bekal akademik serta pamor
mahasiswa yang terbukti paling peduli terhadap persoalan bangsa,
cukuplah sebagai modal bagi institusi ini untuk berpartisipasi
aktif menanggulangi bencana- bencana di Indonesia. Apalagi setelah
menyadari kondisi geografis Indonesia yang dilalui deretan gunung
berapi dan lautan membuat negara ini rentan terhadap bencana alam,
maka uluran tangan dari kita akan terus dibutuhkan.
Belakangan ini berita mengenai bencana alam mendominasi
halaman – halaman media massa. Mulai dari angin kencang, tanah
longsor, puting beliung hingga banjir bandang di Wasior Papua
Barat. Untuk bencana banjir di Wasior sendiri telah memakan
puluhan korban, ratusan lukaluka, dan ribuan penduduk yang harus
rela kehilangan tempat tinggalnya.
Lalu apa yang dapat kita lakukan sebagai mahasiswa dalam menanggapi
merebaknya bencana alam yang cenderung sulit diprediksi secara
pasti ini?
Selama ini kita hanya menganggap alam sebagai alat. Alat pemuas segala nafsu dunia , namun kita tak pernah tahu bahwa alam juga mendengar. Dia juga merasakan apa yang selayaknya kita rasakan, senang, bahagia , sedih bahkan murka. Bencana tsunami dan gunung meletus baru-baru ini hanyalah sedikit contoh betapa kita harus mulai ‘Sadar’ dari segala ‘kemewahan’ yang kita rasakan.
Seperti layaknya pepatah “Tidak ada kata terlambat, selama kita masih mau berusaha”. Demikian halnya dengan kita. Bencana yang datang silih berganti jangan sampai “membunuh” semangat kita untuk berubah. Marilah kita tata kembali kehidupan kita dengan nyaman dan berdampingan dengan alam. Sistem pembangunan yang selama ini kita anut kurang memperhatikan faktor alam yang ada, sudah saatnya sistem kuno ini kita rubah dengan sistem baru yang lebih berbasis lingkungan. Para arsitek dan insinyur bangunan haruslah memperhatikan dampak pembangunan sebuah gedung terhadap lingkungan di sekitarnya. Tak hanya cantik dilihat dan kokoh namun bangunan tersebut haruslah bersinergi dengan alam. Perundang – undangan yang selama ini mengatur tentang tata laksana konstruksi sebuah bangunan juga harus dirubah. Harus ada aturan yang tegas untuk melarang didirikannya bangunan di lahan lahan daerah resapan air, lereng – lereng gunung serta bukit. Selain itu Ketegasan pemerintah dalam menghukum para pelaku pembalakan liar harus digalakkan karena fungsi hutan sangatlah kompleks untuk menjaga keseimbangan alam kita.
Selain hal tadi, peranan kita sebagai mahasiswa adalah segera tanpa “dikomando” melakukan aksi penggalangan dana untuk bencana alam dan ikut menjadi relawan untuk membantu para pengungsi. Beberapa teman saya telah melakukan hal ini. Satu hal yang saya pelajari dari mereka adalah rasa ikhlas dan semangat mereka untuk membantu sesama. Seperti perkataan seorang relawan yang diwawancarai di salah satu TV swasta, beliau mengatakan bahwa “Kepuasan batin untuk membantu sesama itu tidak dapat di ukur dengan limpahan harta dan materi tetapi ini adalah sebuah panggilan dari jiwa!” . Dan memang benar adanya perkataan beliau, para relawan yang selama ini membantu para pengungsi mulai dari evakuasi, menyiapkan barak pengungsian, mendirikan barak pengungsian dan posko kesehatan rela mengorbankan waktu, tenaga bahkan nyawa demi melihat saudara – saudara kita selamat.
Indonesia benar benar sedang di uji oleh Allah swt. Belum hilang kesedihan kita atas terjadinya bencana tsunami yang menimpa saudara kita di wasior papua yang merenggut ribuan nyawa manusia dan meluluhratakan semua yang ada di tanah wasior, pada awal bulan November terjadi bencana gunung meletus di Yogyakarta .Dalam jangka waktu 1 minggu terjadi 2 kali letusan yang dahsyat pada malam hari. Pada letusan pertama sebetulnya dari pemerintah maupun dari BMG sudah memberi peringatan kepada warga yang tinggal di puncak gunung merapi untuk turun tetapi dari warga sendiri banyak yang masih tetap tinggal di rumah mereka alhasil korban yang terkena letusan merapi sangatlah banyak. Pada letusan kedua korban semakin bertambah karena tempat yang tadinya di anggap aman 15 km dari puncak merapi ternyata terkena juga. Dalam kejadian ini peran mahasiswa sangatlah membantu, mereka bergerak cepat untuk membantu korban bencana merapi ini dengan melakukan penggalangan dana serta langsung terjun kelapangan untuk menghibur saudara2 kita yang terkena musibah serta membantu tim peng evakuasian. Dibantu dengan masyarakat sekitar mahasiswa membantu menangani permaslahan-permasalahan yang terjadi pada koraban, mereka bergotong royong untuk menghibur mereka dan berusaha memberikan mereka kenyamanan di barak pengungsian setelah pasca bencana dan kuliah sudah mulai aktif mahasiwa tetap dituntut untuk membantu karena kita adalah mahasiswa dan mahasiswa memiliki kewajiban untuk mengabdi kepada masyarakat untuk membantu mereka baik materi, tenaga dan pemikiran bagaiman setelah pasca bencana ini mahasiswa dapat membantu masyarakat menyalurkan keluhan-keluhan mereka terhadap pemerintah yang kadang dan sering kali kurang peka terhadap keadaan yang ada di masyarakat. Maka dari itu disini peranan pemerintah sangatlah penting dimana pemerintah harus mampua menyelamatkan parakorban – korban bencana yang terjadi ini jangan sampai mereka menderita kedua kalinya, sudah terlalu banyak korban meninggal, anak kehilangan orang tuanya, orang menjadi gila karena kehilangan masadepan mereka. Jangan sampai pemerintah menambah kesakitan mereka lagi dengan melakukan sesuatu yang itu menyakitkan bangsaini. Masih kita ingat di benak kita waktu bencana – bencana melan da Indonesia apa yang wakil rakyat lakukan ketika terjadi bencana, mereka malah jalan – jalan keluar negeri dengan menghambur – hamburkan uang bermilyar – milyar yang sebetulnya alangkah lebih bijak dan manusiawi mereka sebagai wakil rakyat kalau saja mereka merelakan uang mereka yang mereka gunakan untuk jalan – jalan mereka gunakan untuk rakyat yang sedang menderita ini. Diharapkan pemerintah tidak lamban lagi dalam menghadapi benca yang melanda bangsa ini dan segera membiri masa depan mereka yang baru.

falsafah jawa

falsafah ajaran hidup jawa  memiliki tiga aras dasar utama

Yaitu:
aras sadar ber-Tuhan, aras kesadaran semesta dan aras keberadaban manusia.
Aras keberadaban manusia implementasinya dalam ujud budi pekerti luhur. Maka di dalam Falsafah Ajaran Hidup Jawa ada ajaran keutamaan hidup yang diistilahkan dalam bahasa Jawa sebagai piwulang (wewarah) kautaman.
Secara alamiah manusia sudah terbekali kemampuan untuk membedakan perbuatan benar dan salah serta perbuatan baik dan buruk. Maka peranan Piwulang Kautaman adalah upaya pembelajaran untuk mempertajam kemampuan tersebut serta mengajarkan kepada manusia untuk selalu memilih perbuatan yang benar dan baik menjauhi yang salah dan buruk.
Namun demikian, pemilihan yang benar dan baik saja tidaklah cukup untuk memandu setiap individu dalam berintegrasi dalam kehidupan bersama atau bermasyarakat.
Oleh karena itu, dalam Piwulang Kautaman juga diajarkan pengenalan budi luhur dan budi asor dimana

Misalnya : 
tepa selira dan mulat sarira, mikul dhuwur mendhem jero, dan alon-alon waton kelakon.
Filosofi yang ada dibalik kalimat sesanti atau unen-unen tersebut tidak cukup sekedar dipahami dengan menterjemahkan makna kata-kata dalam kalimat tersebut.
Oleh karena itu sering terjadi ”salah mengerti” dari para pihak yang bukan Jawa. Juga oleh kebanyakan orang Jawa sendiri. Akibatnya ada anggapan bahwa sesanti dan unen-unen Jawa sebagai anti-logis atau dianggap bertentangan dengan logika umum. Akibat selanjutnya berupa kemalasan orang Jawa sendiri untuk mendalami makna sesanti dan unen-unen yang ada pada khasanah budaya dan peradabannya.
Namun kemudian, sesanti dan unen-unen tersebut dijadikan olok-olok dalam kehidupan masyarakat.
Mulat sarira dan tepa selira diartikan bahwa Jawa sangat toleran dengan perbuatan KKN yang dilakukan kerabat dan golongannya. pilihan manusia hendaknya kepada budi luhur. Dengan demikian setiap individu atau person menjadi terpandu untuk selalu menjalani hidup bermasyarakat secara benar, baik dan pener (tepat, pas).

Cukup banyak piwulang kautaman dalam ajaran hidup cara Jawa. Ada yang berupa tembang-tembang sebagaimana Wulangreh, Wedhatama, Tripama, dll. Ada pula yang berupa sesanti atau unen-unen yang mengandung pengertian luas dan mendalam tentang makna budi luhur.

Mikul dhuwur mendhem jero 
dimaknai untuk tidak mengadili orangtua dan pemimpin yang bersalah.
Alon-alon waton kelakon dianggap mengajarkan kemalasan.
Padahal ajaran sesungguhnya dari sesanti dan unen-unen tersebut adalah pembekalan watak bagi setiap individu untuk hidup bersama atau bermasyarakat. Tujuan utamanya adalah terbangunnya kehidupan bersama yang rukun, dami dan sejahtera. Bukan sebagai dalil pembenar perbuatan salah, buruk dan tergolong budi asor. Makna dari mulat sarira dan tepa selira adalah untuk selalu mengoperasionalkan rasa pangrasa dalam bergaul dengan orang lain.

Mulat sarira,


mengajarkan untuk selalu instropeksi akan diri sendiri.”Aku ini apa? Aku ini siapa? Aku ini akan kemana? Aku ini mengapa ada?” Kesadaran untuk selalu instropeksi pada diri sendiri akan melahirkan watak tepa selira, berempati secara terus menerus kepada sesama umat manusia. Kebebasan individu akan berakhir ketika individu yang lain juga berkehendak atau merasa bebas. Maka pemahaman mulat sarira dan tepa selira merupakan bekal kepada setiap individu yang mencitakan kebebasan dalam hidup bersama-sama, bukan ?



Mikul dhuwur mendhem jero, meskipun dimaksudkan untuk selalu menghormat kepada orangtua dan pemimpin, namun tidak membutakan diri untuk menilai perbuatan orangtua dan pemimpin. Karena yang tua dan pemimpin juga memiliki kewajiban yang sama untuk selalu melakukan perbuatan yang benar, baik dan pener. Justru yang tua dan pemimpin dituntut ”lebih” dalam mengaktualisasikan budi pekerti luhur. Orangtua yang tidak memiliki budi luhur disebut tuwa tuwas lir sepah samun. Orangtua yang tidak ada guna dan makna sehingga tidak pantas ditauladani. Pemimpin yang tidak memiliki budi luhur juga bukan pemimpin.
Alon-alon waton kelakon, bukan ajaran untuk bermalas-malasan. Namun merupakan ajaran untuk selalu mengoperasionalkan watak sabar, setia kepada cita-cita sambil menyadari akan kapasitas diri.
Contoh yang mudah dipahami ada dalam dunia pendidikan tinggi.

Normatif setiap mahasiswa untuk bisa menyelesaikan kuliah Strata I dibutuhkan waktu 8 semester. Namun kapasitas setiap mahasiswa tidaklah sama. Hanya sedikit yang memiliki kemampuan untuk selesai kuliah 8 semester tersebut. Sedikit pula yang prestasinya cum-laude dan memuaskan. Rata-rata biasa dan selesai kuliah lebih dari 8 semester. Dengan mengoperasionalkan ajaran alon-alon waton kelakon, maka mahasiswa yang kapasitas kemampuannya biasa-biasa akan selesai kuliah juga meskipun melebihi target waktu 8 semester.

Makna positifnya mengajarkan kesabaran dan tidak putus asa ketika dirinya tidak bisa seperti yang lain. Landasan falsafahnya, hidup bukanlah kompetisi tetapi lebih mengutamakan kebersamaan.
Banyak pula kita ketemukan Piwulang Kautaman yang berupa nasehat atau pitutur yang jelas paparannya.
Sebagai contoh adalah sebagai berikut :
“Ing samubarang gawe aja sok wani mesthekake, awit akeh lelakon kang akeh banget sambekalane sing ora bisa dinuga tumibane. Jer kaya unine pepenget, “menawa manungsa iku pancen wajib ihtiyar, nanging pepesthene dumunung ing astane Pangeran Kang Maha Wikan”.
Mula ora samesthine yen manungsa iku nyumurupi bab-bab sing durung kelakon. Saupama nyumurupana, prayoga aja diblakakake wong liya, awit temahane mung bakal murihake bilahi.
Terjemahannya:

“Dalam setiap perbuatan hendaknya jangan sok berani memastikan, sebab banyak sambekala (halangan) yang tidak bisa diramal datangnya pada “perjalanan hidup” (lelakon) manusia.
Sebagaimana disebut dalam kalimat peringatan “bahwa manusia itu memang wajib berihtiar, namun kepastian berada pada kekuasaan Tuhan Yang Maha Mengetahui”.
Maka sesungguhnya manusia itu tidak semestinya mengetahui sesuatu yang belum terjadi. Seandainya mengetahui (kejadian yang akan datang), kurang baik kalau diberitahukan kepada orang lain, karena akan mendatangkan bencana (bilahi).”
Piwulang Kautaman memiliki aras kuat pada kesadaran ber-Tuhan. Maka sebagaimana pitutur diatas, ditabukan mencampuri “hak prerogatif Tuhan” dalam menentukan dan memastikan kejadian yang belum terjadi.



                                                                  DenBagus Ahmad Djazuli javacommunity















pramuka sako


Meski masih belum mampu mengakomodir kebutuhan-kebutuhan dalam Satuan Komunitas Pramuka, terutama SAKO Pramuka SIT, Alhamdulillah, telah dikeluarkan Surat keputusan Kwartir Nasional Gerakan Pramuka nomor: 002 tahun 2012 tentang petunjuk penyelenggaraan Satuan Komunitas Pramuka.
Di antara yang belum terakomodir bagi Satuan Komunitas Pramuka SIT adalah mengenai Seragam. Dalam BAB V NAMA DAN ATRIBUT nomer 2. Mengenai Atribut, pada huruf b. dinyatakan bahwa Pakaian Seragam Sako sama dengan pakaian seragam yang berlaku bagi anggota Gerakan Pramuka sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Kwartir Nasional.


Sako Pramuka SIT sepakat untuk mengikuti aturan tersebut dengan beberapa penyesuaian di antaranya :
Penggunaan Jilbab bagi peserta didik putri digunakan sesuai dengan nilai-nilai dan keyakinan di lingkungan SIT yaitu menjulur keluar menutupi dada (bukan di masukkan ke dalam blous sebagaimana diatur dalam PP seragam)
Terkait dengan hal tersebut di atas maka pemasangan setangan leher bagi putri dipasang di luar jilbab tersebut
Blous yang digunakan menjulur keluar menutupi bagian pinggul hingga batas atas lutut (bukan dimasukkan sebagaimana diatur dalam PP seragam)
Selama ini, karena dianggap tidak sesuai dengan PP seragam tersebut, para peserta didik di lingkungan SAKO Pramuka SIT mengalami kendala, manakala mengikuti event-event resmi di lingkungan Gerakan Pramuka. Di mana mereka harus menyesuai dengan PP seragam tersebut padahal tidak sesuai dengan keyakinan dan kebiasaan yang selama ini ditanamkan di lingkungan internalnya. Seperti, di saat terpilih sebagai peserta JAMNAS, maka seragam yang mereka kenakan, bagi putri harus memasukan blousnya ke dalam rok atau celana panjang, jilbabnya juga harus dimasukkan ke dalam blous mereka, untuk anak putra harus menggunakan celana tiga perempat, bukan celana panjang yang selama ini biasa mereka kenakan.

Semoga pihak Kwartir Nasional dapat mengakomodir penyesuai seragam pada peserta didik dan pembina putri di pangkalan SAKO Pramuka SIT ini.

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | cheap international calls