Peranan Para Mahasiswa Untuk Turut Membantu Korban Bencana Alam
Belum lama ini pandangan kita telah tertuju pada beberapa bencana
yang akhir-akhir ini menimpa di bumi pertiwi, air mata yang mengalir
dari wajah-wajah saudara kita yang tertunduk sedih meratapi apa yang
sebenarnya telah mereka alami. Beberapa pasang mata di seantero negeri
ini pun turut merasakan duka dan sedih yang mendalam, membayangkan
segala kepedihan yang dihadapi oleh ribuan orang di daerah yang tengah
dilanda bencana. Mereka tak kuasa menolak apa yang telah menjadi takdir
dari Sang Maha Pencipta, mereka pasrah sembari berharap hari esok akan
kembali lagi meski harus kehilangan beberapa harta benda bahkan anggota
keluarganya yang ikut menjadi korban dari kedahsyatan bencana alam yang
membuat luluh lantak rumah dan perkampungan mereka. Meskipun begitu,
tetap saja hati mereka masih dihantui perasaan khawatir disamping
kesedihan yang masih menghujam perasaan mereka mengingat bagaimana
bencana itu memporak-porandakan segala sesuatu yang ada disekitarnya.
Tak hanya itu, bencana terjadi dalam waktu yang dekat dan beruntun
seolah-olah menggambarkan kalung mutiara yang terlepas dari benangnya
membuat hati kita terenyuh sekaligus prihatin terhadap segala cobaan yag
harus kita terima ini. Tetapi tidak terlepas dari itu semua, sebenarnya
hal ini dapat dijelaskan secara geologis menurut letak wilayah
Indonesia yang dilalui oleh dua jalur pegunungan muda dunia yaitu
Pegunungan Mediterania di sebelah barat dan Pegunungan Sirkum Pasifik di
sebelah timur menyebabkan Indonesia banyak memiliki gunung api yang
aktif dan rawan terjadi bencana. Bencana alam yang sering terjadi di
wilayah Indonesia antara lain : banjir, kemarau panjang, tsunami, gempa
bumi, gunung berapi dan tanah longsor.
Masih teringat di benak kita kejadian yang maha dahsyat yang terjadi di
Provinsi Aceh dan sekitarnya, gempa dan tsunami yang menelan banyak
korban dan menimbulkan trauma yang cukup mendalam bagi masyarakatnya,
belum lagi gempa yang terjadi di daerah DIY sekitarnya yang juga
menimbulkan banyak kerusakan dan korban jiwa serta kepanikan warga akan
terjadinya tsunami. Selain itu, akhir-akhir ini kita diberikan teguran
lagi oleh Sang Khaliq berupa bencana yang menimpa saudara kita yang ada
di Wasior Papua seperti dikutip dari vivanews.com tanggal 27 November
2010, “Dwikorita seorang ahli gempa dan lingkungan dari Universitas
Gadjah Mada menceritakan sedikit kronologi singkat gempa yang
mengakibatkan banjir bandang yang terjadi pada 4 Oktober 2010 dan
menewaskan 173 orang dan 118 lainnya masih hilang. Gempa itu disebabkan
akibat adanya tumbukan antara lempeng tektonik Samudera Pasifik ke Benua
Australia. Belum lagi, di lokasi Wasior dan sekitarnya itu memiliki
karakteristik batuan yang sangat rapuh. Sesaat sebelum banjir bandang
terjadi, hujan besar dengan intensitas yang sangat ekstrim terjadi di
lokasi itu. Ekstrim, karena curah hujannya mencapai 170 milimeter hanya
dalam waktu beberapa jam pada hari itu. Normalnya, curah hujan itu hanya
mencapai 200 milimeter perbulan, bukan perhari”. Setelah itu ada
kejadian gempa 7,2 skala richter yang menyebabkan tsunami di Mentawai
tanggal 25 Oktober 2010 dengan korban tewas lebih dari 450 orang serta
merusakkan 700 rumah lebih. Tak lama selang satu hari dari kejadian
tsunami mentawai tepatnya pada tanggal 26 Oktober 2010 warga di sekitar
gunung Merapi meliputi daerah kabupaten Sleman, Boyolali, Klaten,
Magelang dan Muntilan harus menuai dampak letusan gunung Merapi yang
sering disebut sebagai gunung berapi teraktif di dunia. Puluhan hingga
ratusan orang menjadi korban tewas dan ratusan ribu penduduk harus
diungsikan akibat dari erupsi Merapi ini. Terakhir, Gunung Bromo di Jawa
Timur yang berstatus awas meletus pada pukul 17.40, Jumat 26 November
2010. Asap tebal bercampur abu kehitaman mencapai ketinggian 600 meter.
Banyak kerugian yang diakibatkan oleh bencana alam tersebut di atas
antara lain kerusakan rumah dan bangunan, sarana prasarana umum, hewan
atau ternak yang mati, tanaman yang mati sehingga mengakibatkan gagal
panen sampai dengan kerugian yang diakibatkan oleh lumpuhnya sektor
pariwisata dan perdagangan. Kerugian secara materi ini otomatis membawa
dampak terhadap perekonomian di daerah masing-masing karena dibutuhkan
biaya yang cukup besar untuk dapat menggantikan kerugian sekaligus
memperbaiki segala kerusakan yang ditimbulkan akibat bencana tersebut.
Beberapa peristiwa di atas setidaknya telah memberikan pelajaran dan
hikmah bagi kita sebagai sesama manusia dan seseorang yang hidup bersama
dalam satu negara dan bangsa Indonesia untuk memberikan segala sesuatu
yang kita miliki guna meringankan beban saudara-saudara kita. Tak
terkecuali kita yang sedang duduk di bangku perkuliahan dengan beberapa
macam potensi yang dimiliki dan telah mendapatkan pendidikan,
pengetahuan, keterampilan, dan sikap sehingga diharapkan dapat
memberikan manfaat lebih dalam mengatasi bencana alam atau sebisa
mungkin mencegah terjadinya bencana yang diakibatkan oleh perilaku
pengrusakan lingkungan oknum-oknum yang tidak bertanggungjawab. Sebagai
seorang mahasiswa hendaknya kita menyadari bahwa peran aktif kita untuk
turut serta membantu korban bencana sangat diperlukan, apapun itu
bentuknya. Seperti mahasiswa kedokteran yang dapat membantu melakukan
pertolongan pertama bagi korban yang terluka, mahasiswa psikologis yang
dapat membantu memberikan motivasi dan hiburan bagi korban bencana yang
mengalami trauma, mahasiswa teknik yang dapat menyumbangkan ide atau
gagasan untuk pembangunan kembali pasca bencana hingga mahasiswa
kedokteran hewan yang membantu merawat ternak korban bencana yang
terkena dampaknya. Dari hal-hal kecil yang sering terlupakan terutama
untuk masalah yang berkaitan dengan keadaan lingkungan, tentu hal ini
juga membutuhkan peran serta aktif dari mahasiswa untuk dapat
melaksanakan dan mensosialisasikan terhadap masyarakat dalam menjaga dan
melestarikan lingkungan yang dapat dimulai dari lingkungan disekitar
tempat tinggalnya. Doa dan dukungan dari para mahasiswa juga merupakan
bantuan yang tak kalah pentingnya agar bencana di negeri ini dapat
disudahi. Lebih jauh lagi, sampai kita memberikan pertolongan atau
bantuan untuk korban bencana ini didasarkan sebagai suatu panggilan hati
yang benar-benar tulus ingin membantu saudara kita yang sedang tertimpa
musibah dan tidaklah mengharapkan imbalan dari apa-apa yang telah kita
berikan untuk mereka.
Mahasiswa adalah bagian dari masyarakat dan sudah sewajarnya apabila
mereka harus kembali kepada masyarakat untuk mengabdikan dirinya demi
kemajuan dan kesejahteraan bangsa dan negara. Seperti yang telah
dikatakan oleh para pepatah, sebaik-baiknya seseorang ialah seseorang
bermanfaat bagi dirinya sendiri maupun orang lain. Jadi, meski banyak
hal bisa kita lakukan untuk membantu mereka yang tertimpa musibah
bencana tetapi tanpa adanya perbuatan (action)itu sama saja karena yang
mereka butuhkan ialah bukti bukan janji atau ucapan semata.
0 komentar:
Posting Komentar