Latar belakang terbentuknya organisasi Mahasiswa Tanggap
Bencana di unsuri
Sebagai mahasiswa (kaum muda) merasa terpanggil dan sadar
untuk memberikan kontribusi dan ikut serta dalam penanganan penggulangan
bencana alam yang terjadi di Indonesia tentunya mengacu kepada Undang- Undang Nomor 24 tahun
2007 tentang penanggulangan bencana, Kaum muda Indonesia adalah masa depan
bangsa. Karena itu, setiap pemuda Indonesia, baik yang masih berstatus sebagai
pelajar, mahasiswa, ataupun yang sudah menyelesaikan pendidikannya adalah
aktor-aktor penting yang sangat diandalkan untuk mewujudkan cita-cita
pencerahan kehidupan bangsa kita di masa depan Khususnya mahasiswa unsuri.
Mahasiswa sebenarnya sangat potensial untuk ikut serta menangani bencana alam di Indonesia. Dengan bekal akademik serta pamor mahasiswa yang terbukti paling peduli terhadap persoalan bangsa, cukuplah sebagai modal bagi institusi ini untuk berpartisipasi aktif menanggulangi bencana- bencana di Indonesia. Apalagi setelah menyadari kondisi geografis Indonesia yang dilalui deretan gunung berapi dan lautan membuat negara ini rentan terhadap bencana alam, maka uluran tangan dari kita akan terus dibutuhkan.
Belakangan ini berita mengenai bencana alam mendominasi halaman – halaman media massa. Mulai dari angin kencang, tanah longsor, puting beliung hingga banjir bandang di Wasior Papua Barat. Untuk bencana banjir di Wasior sendiri telah memakan puluhan korban, ratusan lukaluka, dan ribuan penduduk yang harus rela kehilangan tempat tinggalnya. Lalu apa yang dapat kita lakukan sebagai mahasiswa dalam menanggapi merebaknya bencana alam yang cenderung sulit diprediksi secara pasti ini?
Mahasiswa sebenarnya sangat potensial untuk ikut serta menangani bencana alam di Indonesia. Dengan bekal akademik serta pamor mahasiswa yang terbukti paling peduli terhadap persoalan bangsa, cukuplah sebagai modal bagi institusi ini untuk berpartisipasi aktif menanggulangi bencana- bencana di Indonesia. Apalagi setelah menyadari kondisi geografis Indonesia yang dilalui deretan gunung berapi dan lautan membuat negara ini rentan terhadap bencana alam, maka uluran tangan dari kita akan terus dibutuhkan.
Belakangan ini berita mengenai bencana alam mendominasi halaman – halaman media massa. Mulai dari angin kencang, tanah longsor, puting beliung hingga banjir bandang di Wasior Papua Barat. Untuk bencana banjir di Wasior sendiri telah memakan puluhan korban, ratusan lukaluka, dan ribuan penduduk yang harus rela kehilangan tempat tinggalnya. Lalu apa yang dapat kita lakukan sebagai mahasiswa dalam menanggapi merebaknya bencana alam yang cenderung sulit diprediksi secara pasti ini?
Seperti layaknya pepatah “Tidak ada kata terlambat,
selama kita masih mau berusaha”. Demikian halnya dengan kita. Bencana yang
datang silih berganti jangan sampai “membunuh” semangat kita untuk berubah.
Marilah kita tata kembali kehidupan kita dengan nyaman dan berdampingan dengan
alam. Sistem pembangunan yang selama ini kita anut kurang memperhatikan faktor
alam yang ada, sudah saatnya sistem kuno ini kita rubah dengan sistem baru yang
lebih berbasis lingkungan. Para arsitek dan insinyur bangunan haruslah
memperhatikan dampak pembangunan sebuah gedung terhadap lingkungan di sekitarnya.
Tak hanya cantik dilihat dan kokoh namun bangunan tersebut haruslah bersinergi
dengan alam. Perundang – undangan yang selama ini mengatur tentang tata laksana
konstruksi sebuah bangunan juga harus dirubah. Harus ada aturan yang tegas
untuk melarang didirikannya bangunan di lahan lahan daerah resapan air, lereng
– lereng gunung serta bukit. Selain itu Ketegasan pemerintah dalam menghukum
para pelaku pembalakan liar harus digalakkan karena fungsi hutan sangatlah
kompleks untuk menjaga keseimbangan alam kita.
Selain hal tadi, peranan kita sebagai mahasiswa UNSURI adalah
segera tanpa “dikomando” dalam melakukan aksi penggalangan dana untuk bencana
alam dan ikut menjadi relawan untuk membantu para pengungsi. Beberapa teman
saya telah melakukan hal ini. Satu hal yang saya pelajari dari mereka adalah
rasa ikhlas dan semangat mereka untuk membantu sesama. “Kepuasan batin
untuk membantu sesama itu tidak dapat di ukur dengan limpahan harta dan materi
tetapi ini adalah sebuah panggilan dari jiwa!”. para relawan yang selama
ini membantu para pengungsi mulai dari evakuasi, menyiapkan barak pengungsian,
mendirikan barak pengungsian dan posko kesehatan rela mengorbankan waktu,
tenaga bahkan nyawa demi melihat saudara -saudara kita selamat.
misalakan Pada letusan gunung merapi yang kedua korban semakin bertambah karena tempat yang tadinya di anggap aman 15 km dari puncak merapi ternyata terkena juga. Dalam kejadian ini peran mahasiswa sangatlah membantu, mereka bergerak cepat untuk membantu korban bencana merapi ini dengan melakukan penggalangan dana serta langsung terjun kelapangan untuk menghibur saudara2 kita yang terkena musibah serta membantu tim peng evakuasian. Dibantu dengan masyarakat sekitar mahasiswa membantu menangani permaslahan-permasalahan yang terjadi pada koraban, mereka bergotong royong untuk menghibur mereka dan berusaha memberikan mereka kenyamanan di barak pengungsian setelah pasca bencana dan kuliah sudah mulai aktif mahasiwa tetap dituntut untuk membantu karena kita adalah mahasiswa dan mahasiswa memiliki kewajiban untuk mengabdi kepada masyarakat untuk membantu mereka baik materi, tenaga dan pemikiran bagaiman setelah pasca bencana ini mahasiswa dapat membantu masyarakat menyalurkan keluhan-keluhan mereka terhadap pemerintah yang kadang dan sering kali kurang peka terhadap keadaan yang ada di masyarakat.
misalakan Pada letusan gunung merapi yang kedua korban semakin bertambah karena tempat yang tadinya di anggap aman 15 km dari puncak merapi ternyata terkena juga. Dalam kejadian ini peran mahasiswa sangatlah membantu, mereka bergerak cepat untuk membantu korban bencana merapi ini dengan melakukan penggalangan dana serta langsung terjun kelapangan untuk menghibur saudara2 kita yang terkena musibah serta membantu tim peng evakuasian. Dibantu dengan masyarakat sekitar mahasiswa membantu menangani permaslahan-permasalahan yang terjadi pada koraban, mereka bergotong royong untuk menghibur mereka dan berusaha memberikan mereka kenyamanan di barak pengungsian setelah pasca bencana dan kuliah sudah mulai aktif mahasiwa tetap dituntut untuk membantu karena kita adalah mahasiswa dan mahasiswa memiliki kewajiban untuk mengabdi kepada masyarakat untuk membantu mereka baik materi, tenaga dan pemikiran bagaiman setelah pasca bencana ini mahasiswa dapat membantu masyarakat menyalurkan keluhan-keluhan mereka terhadap pemerintah yang kadang dan sering kali kurang peka terhadap keadaan yang ada di masyarakat.
Dan dari situlah kami sekelompok mahaisswa universitas
sunan giri merasa terpanggil untuk terjun dan membantu saudar-saudara kita
yyang terkena musibah bencana alam ,Maka dari itu disini peranan mahasiswa sangatlah
penting dimana mahasiswa harus mampu dan ikutserta dalam penanganan
penanggulangan bencana.
0 komentar:
Posting Komentar